Siswa Pedesaan Ciptakan Robot Penyemprot Disinfektan

Pati-Monitordesa.com| Menempuh pendidikan di pedesaan tak menghalangi siswa untuk berprestasi. Seperti yang dibuktikan dua siswa kelas VIII MTs Manahijul Huda, Desa Ngagel, Kecamatan Dukuhseti, yang berhasil menorehkan prestasi membanggakan di ajang nasional.

Dengan daya kreasi, mereka mampu menciptakan robot penyemprot disinfektan. Adalah M Thorif Globalian Nazal (13) dan Nadinia Kirani Pertiwi (13) berhasil meraih Juara 2 Kategori Kreatif dalam ajang Madrasah Robotic Competition (MRC) 2020 yang diadakan oleh Kementerian Agama RI.

Dengan pendampingan dari guru pembimbing Akhlis Hiqmatun Munawaroh, mereka menciptakan robot penyemprot disinfektan dengan nama Rodiva (Robot Disinfeksi Virus Corona). Akhlis menjelaskan, mulanya kedua anak didiknya yang mengikuti ekstrakurikuler robotik itu mencetuskan ide untuk membantu penyemprotan disinfektan di sekolah.

“Awalnya mereka bertanya ke guru pembimbing, bagaimana kalau kita berinovasi membuat alat yang bisa membantu penyemprotan disinfektan pada masa pandemi ini. Akhirnya dibuatlah Truk Rodiva ini,” jelas Akhlis.

Ditambahkan, ketika ada informasi lomba mengenai MRC 2020, tanpa pikir panjang pihaknya langsung mengikutkan hasil inovasi ini. Dari total 250 peserta, tim robotik, “Joglo Warrior” MTs Manahijul Huda Ngagel berhasil meraih runner-up kategori kreatif.

“Waktu babak sembilan besar, sebetulnya peserta harus datang ke Universitas Islam As-Syafi’iyah di Pondokgede Bekasi. Tapi satu anggota tim sakit, akhirnya hanya presentasi online,” tutur Hiqmatun.

Ia mengatakan, pihaknya akan berupaya membawa hasil inovasi ini ke kompetisi di level internasional. Dalam hal ini, pihaknya berencana berkolaborasi dengan MTs lain.

Sementara, Nadinia Kirani Pertiwi (13) mengungkapkan, pihaknya membuat Truk Rodiva ini dalam waktu tiga pekan. Ia menyebut, Truk Rodiva memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, alat ini dapat dijalankan secara nirkabel melalui koneksi bluetooth.

Pengoperasiannya pun cukup mudah, dengan memanfaatkan aplikasi bluetooth remote yang tersedia di platform Android. “Alat ini menggunakan baterai isi ulang, sehingga ketika habis tidak perlu langsung membeli baterai baru. Melainkan cukup dilakukan pengisian ulang daya,” jelasnya.

Nadinia juga menungkapkan bahwa Truk Rodiva masih memiliki kelemahan. Di antaranya, jarak koneksi bluetooth tidak bisa lebih dari 10 meter. Kemudian, robot hanya memanfaatkan satu sprayer, sehingga butuh waktu lama untuk menyemprot disinfektan di satu ruangan. Selain itu alat ini juga tidak bisa menjangkau benda yang cukup tinggi, misalnya dahan pintu.

“Namun begitu, untuk kompetisi internasional robot ini memang perlu banyak upgrade. Termasuk penambahan kapasitas penampung disinfektan dan sprayer dan juga jarak koneksi pengendalian jarak jauh,” tegasnya.

Kepala MTs Manahijul Huda, Ahmad Jami’in mengatakan, bahwa pihaknya sudah bergabung dengan komunitas yang bisa memfasilitasi keikutsertaan ke ajang robotik internasional.
“Nantinya kami tidak lagi membawa nama madrasah, melainkan nama bangsa Indonesia,” ucap dia.

Menurut dia, siswa madrasah memang sebaiknya menguasai teknologi mutakhir. “Kalau bisa pidato, MTQ, tartil di muka umum, itu hal biasa. Kalau bisa berteknologi, menciptakan alat robotik, ini baru luar biasa,” tandas dia.

(*/Mondes)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *