Anita Jacoba Gah, SE. Bersama orangtua siswa penerima (PIP).
NTT suarajournalist-kpk.id Sumba Timur- Dalam rangka mewujudkan pelayanan yang merakyat pro rakyat. Anita Jacoba Gah, SE Anggota DPR RI perwakilan NTT yang menangani bidang pendidikan generasi Bangsa di DPR RI Pusat Jakarta. Turun langsung melakukan pengawalan pembagian beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) di Kabupaten Sumba Timur, Provinsi NTT. Kehadiran beliau bukan saja mengawal langsung pembagian beasiswa (PIP) yang diperjuangkannya, tetapi juga untuk membuktikan dan menjawab komitmen beliau terhadap rakyat tentang kemajuan pendidikan generasi Bangsa di wilayah NTT.
Dalam wawancara SJ KPK Senin 16/12-2024 di Gedung GKS Payeti Sumba Timur. Anita Jacoba Gah, menuturkan bahwa percepatan pencairan ini adalah inisiatif pribadinya untuk mempercepat proses pencairan (PIP). “Karena mengingat 31 Desember sudah dekat. Dan ini sudah terdesak kami lakukan tujuannya agar dana-dana yang diperjuangkan betul-betul di nikmati oleh rakyat”. Jelas Anita.
Masih menurut Anita, seperti percepatan pencairan sekarang ini terjadi. Seharusnya Bank BRI sudah menyiapkan data dalam arti berapa jumlah siswa yang akan dicairkan beasiswanya dan berapa jumlah uang yang diterima per siswa.
Anita Jacoba Gah, SE. Anggota DPR RI Perwakilan NTT..
Tetapi yang terjadi saat ini, masyarakat telah datang, pihak Bank BRI (petugas Bank), bukannya langsung melayani masyarakat. Tetapi mereka telpon dulu ke kantornya. Oleh pihak kantor (BRI) mengecek lagi, baru kasitau mereka (petugas Bank di Gedung GKS Payeti), selanjutnya baru pihak Bank mengeluarkan uangnya.
“Ini kalau menurut saya aneh dan BRI tidak benar. Padahal surat untuk pencairan aktif, (PIP) sudah dari satu dua minggu yang lalu. Harusnya pihak Bank BRI sudah tahu berapa ratus orang jumlah siswa/siswi yang akan mendapatkan beasiswa/atau menyiapkan kelengkapan data-data anak-anak penerima (PIP). Kemudian uangnya berapa yang harus disiapkan sesuai dengan jumlah siswa/siswi penerima (PIP). Tetapi ini ternyata orang tua siswa sudah datang menghadap dimeja, baru mereka (petugas) kontak ke Bank. Dari Bank tanya berapa, baru mereka cairkan uangnya. Inikan memakan waktu dan menghambat percepatan pembagian (PIP), saya sangat sesalkan Bank BRI pelayanannya tidak beres ini.” Tegas Anita Gah.
Anita memberi contoh bahwa Bank BNI yang juga mencairkan beasiswa (PIP), pada hari itu. Proses pencairannya lancar-lancar saja dan tidak bermasalah. Mengapa Bank BNI bisa lancar proses pencairannya, karena mereka telah siapkan datanya dan telah siapkan uangnya. Beda dengan BRI, mereka siapkan uangnya tetapi tidak siapkan datanya,. Berikutnya lanjut Ibu Anita pada hari itu ada kejadian, dimana salah satu orang tua siswa SD yang menerima beasiswa (PIP) dari BRI, seharusnya orang tua siswa tersebut mendapat (Rp.450.000,00), tetapi dapatnya cuma (Rp.50.000,00). Salahnya di mana? ini menjadi pertanyaan. Tutur beliau.
Anita juga menjelaskan kunjungannya kali ini adalah bagian dari masa resesnya sebagai anggota DPR RI terpilih kemarin. Selain itu juga beliau (Anita Jacoba Gah) mau mengucapkan terimakasih kepada masyarakat Sumba Timur yang sudah memberikan 12 ribu suara pada Pileg lalu. Beliau mengucapkan terimakasih kepada masyarakat Sumba Timur, karena telah memberikan kepercayaan padanya.
Kunjungannya kali ini adalah kunjungan reses pertama, “jadi saya melakukan fungsi pengawasan saya, fungsi kontrol sebagai anggota DPR RI. Yang dimana saat ini Bank BRI dan Bank BNI sebagai penyalur sedang melakukan pencairan bantuan beasiswa (PIP). Ini salah satu fungsi saya sebagai anggota dewan, artinya saya pastikan anak-anak ini terima uangnya. Karena kita sudah perjuangkan dan mereka harus terima uangnya”. Tegas Anita.
Anita Jacoba Gah, SE. Bersama orangtua siswa penerima (PIP).
Berkaitan dengan pencairan beasiswa (PIP) agar prosesnya lancar, jauh sebelum pencairan. Selaku Wakil rakyat yang menangani bidang pendidikan dan pengurusan beasiswa (PIP). Anita telah bersurat pada Bank penyalur. “saya sudah bersurat ke pihak Bank penyalur dan mereka sudah siapkan datanya dan mereka sudah siapin uangnya. Jadi begitu masyarakat datang, yang belum ada buku, kita kasih buku dan langsung kita kasih uang. Yang belum aktifasi, diaktifasi memang dan langsung, dapat uang. Yang SK pemberian, ada buku tabungan langsung dapat uang”. Jelas Anita.
Selaku wakil rakyat yang merakyat dan pro rakyat, Anita Gah, sangat kesal dengan pelayanan pihak BRI sebagai Bank penyalur beasiswa (PIP). Yang dimana tidak profesional dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat/orang tua siswa. Sudah terlambat pencairan dan pembagian (PIP)nya, masih potong lagi beasiswa anak 50 ribu per siswa.
“Saya sudah tegaskan dari awal bahwa pihak Bank dan Kepala sekolah, tidak boleh melakukan pemotongan beasiswa anak-anak. Saya juga sudah minta kepada pihak Bank BRI untuk mengembalikan uang beasiswa anak-anak yang telah di potong”. Ungkap Anita Jacoba Gah.
Adapun jumlah Siswa/siswi penerima bantuan beasiswa (PIP) untuk Sumba Timur, jelas Anita Gah. Kurang lebih hampir mencapai (10 ribu Siswa/siswi). Kota Waingapu sudah (3000 ribu siswa/siswi), di lewa sekitar (1.200 Siswa/siswi) dan Uma lulu sekitar (1.500 Siswa/siswi) dan masih ada beberapa Kecamatan lainnya yang akan mendapat bantuan beasiswa (PIP) dan itu akan terus dikawal langsung oleh Anita Jacoba Gah.
Anita juga berpesan kepada orang tua siswa, bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Kalau sudah pernah terima beasiswa (PIP) wajib setiap tahun itu cek rekening, tujuannya agar mengetahui dapat atau tidak. Karena SK pemberian itu adalah untuk anak-anak yang sudah pernah dapat beasiswa, apa lagi mereka penerima (PKH). Anak-anak penerima (PKH), itu otomatis dapat beasiswa. Otomatis mereka sudah punya buku, seharusnya setiap tahun tanpa di undangpun mereka tetap dapat. Dengan cara, pergi ke Bank print buku, uangnya ada di ambil.
2. Bagi mereka yang belum pernah dapat beasiswa, silakan cari rumah aspirasi saya (Anita Jacoba Gah) dan Ibu Yubi serta Ibu desi. Kalau bisa juga langsung ke saya boleh.
Kalau mau dapat beasiswa di tahun 2025 silahkan daftar. Karena (PIP) ini dua jalur, ada dari Dinas Pendidikan melalui dapodik Sekolah dan ada juga dari Ibu Anita Gah yang juga melalui Dapodik sekolah.
“Jadi data Dapodik itu penting sekali, jangan sampai ada anak miskin tidak layak, orang kaya jadi layak. Ini bahaya. Jadi dapodik itu menjadi hal yang penting untuk beasiswa.
Bahkan bukan untuk beasiswa saja, tetapi insfratruktur, sarana prasarana dapodik menentukan juga. Berapa ruang kelas semuanya tercatat di dapodik.
Ada yang salah, ada satu sekolah misalnya 300 anak, dikasih layak semuanya. Pada hal di dalamnya ada anak anggota dewan, ada anak orang kaya. Itu tidak benar. Seharusnya yang dikasih layak itu orang-orang yang tidak mampu. Jadi dalam pencairan beasiswa (PIP) tidak boleh ada pemotongan, baik dari pihak Bank, maupun dari pihak kepala sekolah”. Tutur Anita gah.
Anita juga menjelaskan bagi anak-anak yang telah tamat SMA/SMK ingin melanjut pendidikan ke perguruan tinggi, namun tidak mampu karena persoalan biaya kuliah. Negara berhak dan berkewajiban untuk membantu mereka. Sebagai Wakil dari rakyat, Ibu Anita menegaskan bahwa Ia pasti memperjuangkan nasib anak-anak kurang mampu untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. “Di sini kembali kepada anak-anak apakah mereka mau belajar atau tidak. Tetapi sebaiknya sekolah karena buat apa ngangur. Programnya ada, uangnya ada kenapa harus nganggur”. Ungkap Anita Jacoba Gah.
Beliau juga menjelaskan bagi anak-anak SMA/SMK yang sudah tamat dan hendak melanjutkan kuliah, di minta untuk daftar di rumah aspirasi (Anita Jacoba Gah, SE). Tetapi daftar dulu di perguruan tinggi, setelah diperguruan tinggi dinyatakan lolos dalam arti layak masuk perguruan tinggi, mereka (anak-anak) boleh datang daftar ke rumah aspirasi (Anita Jacoba Gah, SE). Nanti akan ditangani dan di urus oleh Ibu Anita Jacoba Gah.
Jadi sama, kalau (PIP) ini di daftarkan oleh Dinas Pendidikan dan di daftarkan juga oleh (Rumah Aspirasi Anita Jacoba Gah). Kalau di tempat kuliah bisa di usulkan oleh kampus, bisa di usulkan juga oleh rumah Aspirasi (Anita Jacoba Gah). Tetapi kalau (PIP) bukan sekolah yang usulkan, sekolah sebatas masukan data di dapodik yang usulkan itu Dinas.
Dinas juga harus hati-hati, Dinas kalau sudah mengusulkan harus memberitahu kepala sekolah informasinya. Jadi ketika anak-anak punya SK keluar, uang cair, kepala sekolah sudah dapat mengetahuinya. Berdasarkan informasi dari Dinas tadi, pihak kepala sekolah akan menginformasikan kepada orang tua siswa. Karena menurut Ibu Anita, ada juga kepala sekolah yang tidak tahu kalau anak-anak didik mereka dapat (PIP). Terjadinya hal ini karena kurangnya informasih dari Dinas. Dampak kurang informasi dari Dinas, pihak sekolah tidak tahu siapa yang dapat, siapa yang tidak. Kecuali mereka buka dapodik baru bisa kelihatan.
Diakhir wawancara, kembali Anita Jacoba Gah, menjelaskan, bahwa kehadirannya di Sumba Timur, selain melaksanakan tugas reses pertamanya sebagai anggota DPR RI terpilih. Beliau berinisiatif secara pribadi untuk mengawal proses pencairan dan pembagian beasiswa (PIP) di Sumba Timur. Karena pengalaman yang terjadi sejak keluarnya program beasiswa (PIP), banyak keluhan dari masyarakat atau orang tua murid. Bahwa setiap penerimaan beasiswa (PIP), uang beasiswa anak-anak tidak utuh diterima. Oleh karena hal ini beliau mengawal langsung proses pencairan beasiswa (PIP), yang bertujuan agar semua anak-anak yang terdata dapat memperoleh beasiswa (PIP) secara utuh tanpa dipotong. Dan di sisi lain beliau sendiri yang mengurus dan memperjuangkan (PIP) selama ini hingga anak-anak NTT dan khususnya Sumba Timur bisa mendapat bantuan beasiswa (PIP) dari Pemerintah. (SJ KPK/Yermi).
NTT suarajournalist-kpk.id
Sumba Timur- Dalam rangka mewujudkan pelayanan yang merakyat pro rakyat. Anita
Jacoba Gah, SE Anggota DPR RI perwakilan NTT yang menangani bidang pendidikan
generasi Bangsa di DPR RI Pusat Jakarta. Turun
langsung melakukan pengawalan pembagian beasiswa Program Indonesia
Pintar (PIP) di Kabupaten Sumba Timur, Provinsi NTT. Kehadiran beliau bukan
saja mengawal langsung pembagian beasiswa (PIP) yang diperjuangkannya, tetapi
juga untuk membuktikan dan menjawab komitmen beliau terhadap rakyat tentang
kemajuan pendidikan generasi Bangsa di wilayah NTT. Dalam wawancara SJ KPK Senin 16/12-2024 di Gedung GKS Payeti
Sumba Timur. Anita Jacoba Gah, menuturkan bahwa percepatan pencairan ini adalah
inisiatif pribadinya untuk mempercepat proses pencairan (PIP). “Karena
mengingat 31 Desember sudah dekat. Dan ini sudah terdesak kami lakukan
tujuannya agar dana-dana yang diperjuangkan betul-betul di nikmati oleh
rakyat”. Jelas Anita.Masih menurut Anita, seperti
percepatan pencairan sekarang ini terjadi. Seharusnya Bank BRI sudah menyiapkan data
dalam arti berapa jumlah siswa yang akan dicairkan beasiswanya dan berapa
jumlah uang yang diterima per siswa.Tetapi yang terjadi saat ini, masyarakat telah datang, pihak
Bank BRI (petugas Bank), bukannya langsung melayani masyarakat. Tetapi mereka
telpon dulu ke kantornya. Oleh pihak kantor (BRI) mengecek lagi, baru kasitau
mereka (petugas Bank di Gedung GKS Payeti), selanjutnya baru pihak Bank
mengeluarkan uangnya. “Ini kalau menurut saya aneh dan BRI tidak benar.
Padahal surat untuk pencairan aktif, (PIP) sudah dari satu dua minggu yang
lalu. Harusnya pihak Bank BRI sudah tahu berapa ratus orang jumlah siswa/siswi
yang akan mendapatkan beasiswa/atau menyiapkan kelengkapan data-data anak-anak
penerima (PIP). Kemudian uangnya berapa
yang harus disiapkan sesuai dengan jumlah siswa/siswi penerima (PIP). Tetapi
ini ternyata orang tua siswa sudah datang menghadap dimeja, baru mereka
(petugas) kontak ke Bank. Dari Bank tanya berapa, baru mereka cairkan uangnya.
Inikan memakan waktu dan menghambat percepatan pembagian (PIP), saya sangat
sesalkan Bank BRI pelayanannya tidak beres ini.” Tegas Anita Gah. Anita memberi contoh bahwa Bank BNI yang juga mencairkan
beasiswa (PIP), pada hari itu. Proses pencairannya lancar-lancar saja dan tidak
bermasalah. Mengapa Bank BNI bisa lancar proses pencairannya, karena mereka
telah siapkan datanya dan telah siapkan uangnya. Beda dengan BRI, mereka
siapkan uangnya tetapi tidak siapkan datanya,. Berikutnya lanjut Ibu Anita pada
hari itu ada kejadian, dimana salah satu
orang tua siswa SD yang menerima beasiswa (PIP) dari BRI, seharusnya orang tua
siswa tersebut mendapat (Rp.450.000,00), tetapi dapatnya cuma (Rp.50.000,00).
Salahnya di mana? ini menjadi pertanyaan. Tutur beliau.Anita juga menjelaskan kunjungannya kali ini adalah bagian
dari masa resesnya sebagai anggota DPR RI terpilih kemarin. Selain itu juga
beliau (Anita Jacoba Gah) mau mengucapkan terimakasih kepada masyarakat
Sumba Timur yang sudah memberikan 12
ribu suara pada Pileg lalu. Beliau mengucapkan terimakasih kepada masyarakat
Sumba Timur, karena telah memberikan kepercayaan padanya.Kunjungannya kali ini adalah kunjungan reses pertama,
“jadi saya melakukan fungsi pengawasan saya, fungsi kontrol sebagai
anggota DPR RI. Yang dimana saat ini Bank BRI dan Bank BNI sebagai penyalur
sedang melakukan pencairan bantuan beasiswa
(PIP). Ini salah satu fungsi saya sebagai anggota dewan, artinya saya
pastikan anak-anak ini terima uangnya. Karena kita sudah perjuangkan dan mereka
harus terima uangnya”. Tegas Anita.Berkaitan dengan pencairan beasiswa (PIP) agar prosesnya
lancar, jauh sebelum pencairan. Selaku Wakil rakyat yang menangani bidang
pendidikan dan pengurusan beasiswa (PIP). Anita telah bersurat pada Bank
penyalur. “saya sudah bersurat ke
pihak Bank penyalur dan mereka sudah siapkan datanya dan mereka sudah siapin
uangnya. Jadi begitu masyarakat datang, yang belum ada buku, kita kasih buku
dan langsung kita kasih uang. Yang belum aktifasi, diaktifasi memang dan
langsung, dapat uang. Yang SK pemberian, ada buku tabungan langsung dapat
uang”. Jelas Anita.Selaku wakil rakyat yang merakyat dan pro rakyat, Anita Gah,
sangat kesal dengan pelayanan pihak BRI sebagai Bank penyalur beasiswa (PIP).
Yang dimana tidak profesional dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakat/orang tua siswa. Sudah terlambat pencairan dan pembagian (PIP)nya,
masih potong lagi beasiswa anak 50 ribu per siswa. “Saya sudah tegaskan dari awal bahwa pihak Bank dan
Kepala sekolah, tidak boleh melakukan pemotongan beasiswa anak-anak. Saya juga
sudah minta kepada pihak Bank BRI untuk mengembalikan uang beasiswa anak-anak
yang telah di potong”. Ungkap Anita Jacoba Gah. Adapun jumlah
Siswa/siswi penerima bantuan beasiswa (PIP) untuk Sumba Timur, jelas Anita Gah.
Kurang lebih hampir mencapai (10 ribu Siswa/siswi). Kota Waingapu sudah (3000
ribu siswa/siswi), di lewa sekitar (1.200 Siswa/siswi) dan Uma lulu sekitar
(1.500 Siswa/siswi) dan masih ada beberapa Kecamatan lainnya yang akan mendapat
bantuan beasiswa (PIP) dan itu akan terus dikawal langsung oleh Anita Jacoba
Gah.Anita juga berpesan kepada orang tua siswa, bahwa ada
beberapa hal yang harus diperhatikan: 1. Kalau sudah pernah
terima beasiswa (PIP) wajib setiap tahun
itu cek rekening, tujuannya agar mengetahui dapat atau tidak. Karena SK
pemberian itu adalah untuk anak-anak
yang sudah pernah dapat beasiswa, apa lagi mereka penerima (PKH). Anak-anak
penerima (PKH), itu otomatis dapat beasiswa. Otomatis mereka sudah punya buku,
seharusnya setiap tahun tanpa di undangpun mereka tetap dapat. Dengan cara,
pergi ke Bank print buku, uangnya ada di ambil. 2. Bagi mereka yang belum pernah dapat beasiswa, silakan
cari rumah aspirasi saya (Anita Jacoba Gah) dan Ibu Yubi serta Ibu desi. Kalau
bisa juga langsung ke saya boleh. Kalau mau dapat beasiswa di tahun 2025 silahkan daftar.
Karena (PIP) ini dua jalur, ada dari Dinas Pendidikan melalui dapodik Sekolah
dan ada juga dari Ibu Anita Gah yang
juga melalui Dapodik sekolah. “Jadi data Dapodik itu penting sekali, jangan sampai
ada anak miskin tidak layak, orang kaya
jadi layak. Ini bahaya. Jadi dapodik itu menjadi hal yang penting untuk
beasiswa.Bahkan bukan untuk beasiswa saja, tetapi insfratruktur,
sarana prasarana dapodik menentukan juga. Berapa ruang kelas semuanya tercatat
di dapodik.Ada yang salah, ada satu sekolah misalnya 300 anak, dikasih
layak semuanya. Pada hal di dalamnya ada anak anggota dewan, ada anak orang
kaya. Itu tidak benar. Seharusnya yang dikasih layak itu orang-orang yang tidak
mampu. Jadi dalam pencairan beasiswa (PIP) tidak boleh ada pemotongan, baik
dari pihak Bank, maupun dari pihak kepala sekolah”. Tutur Anita gah.Anita juga menjelaskan bagi
anak-anak yang telah tamat SMA/SMK
ingin melanjut pendidikan ke perguruan tinggi, namun tidak mampu karena
persoalan biaya kuliah. Negara berhak dan berkewajiban untuk membantu mereka.
Sebagai Wakil dari rakyat, Ibu Anita menegaskan bahwa Ia pasti memperjuangkan
nasib anak-anak kurang mampu untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan
tinggi. “Di sini kembali kepada anak-anak apakah mereka mau belajar atau
tidak. Tetapi sebaiknya sekolah karena buat apa ngangur. Programnya ada,
uangnya ada kenapa harus nganggur”. Ungkap Anita Jacoba Gah.Beliau juga menjelaskan bagi anak-anak SMA/SMK yang sudah
tamat dan hendak melanjutkan kuliah, di minta untuk daftar di rumah aspirasi
(Anita Jacoba Gah, SE). Tetapi daftar dulu di perguruan tinggi, setelah
diperguruan tinggi dinyatakan lolos dalam arti layak masuk perguruan tinggi,
mereka (anak-anak) boleh datang daftar ke rumah aspirasi (Anita Jacoba Gah,
SE). Nanti akan ditangani dan di urus oleh Ibu Anita Jacoba Gah. Jadi sama, kalau (PIP) ini di daftarkan oleh Dinas
Pendidikan dan di daftarkan juga oleh (Rumah Aspirasi Anita Jacoba Gah). Kalau
di tempat kuliah bisa di usulkan oleh kampus, bisa di usulkan juga oleh rumah
Aspirasi (Anita Jacoba Gah). Tetapi kalau (PIP) bukan sekolah yang usulkan,
sekolah sebatas masukan data di dapodik yang usulkan itu Dinas. Dinas juga harus hati-hati, Dinas kalau sudah mengusulkan
harus memberitahu kepala sekolah informasinya.
Jadi ketika anak-anak punya SK keluar, uang cair, kepala sekolah sudah
dapat mengetahuinya. Berdasarkan informasi dari Dinas tadi, pihak kepala
sekolah akan menginformasikan kepada orang tua siswa. Karena menurut Ibu Anita,
ada juga kepala sekolah yang tidak tahu kalau anak-anak didik mereka dapat
(PIP). Terjadinya hal ini karena kurangnya informasih dari Dinas. Dampak kurang
informasi dari Dinas, pihak sekolah
tidak tahu siapa yang dapat, siapa yang tidak. Kecuali mereka buka dapodik baru
bisa kelihatan. Diakhir wawancara, kembali Anita Jacoba Gah, menjelaskan,
bahwa kehadirannya di Sumba Timur, selain melaksanakan tugas reses pertamanya
sebagai anggota DPR RI terpilih. Beliau
berinisiatif secara pribadi untuk mengawal proses pencairan dan pembagian
beasiswa (PIP) di Sumba Timur. Karena
pengalaman yang terjadi sejak keluarnya program beasiswa (PIP), banyak keluhan
dari masyarakat atau orang tua murid. Bahwa setiap penerimaan beasiswa (PIP),
uang beasiswa anak-anak tidak utuh diterima. Oleh karena hal ini beliau
mengawal langsung proses pencairan beasiswa (PIP), yang bertujuan agar semua
anak-anak yang terdata dapat memperoleh beasiswa (PIP) secara utuh tanpa
dipotong. Dan di sisi lain beliau sendiri yang mengurus dan memperjuangkan
(PIP) selama ini hingga anak-anak NTT dan khususnya Sumba Timur bisa mendapat
bantuan beasiswa (PIP) dari Pemerintah. (SJ
KPK/Yermi).